Donderdag 18 April 2013

Sejarah Minum Teh

Tradisi minum teh sendiri sudah dikenal bangsa Jepang sejak abad ke-9, dibawa oleh biksu Jepang Eichu yang saat itu baru kembali dari China. Di negri asalnya, China, tradisi minum teh konon telah ada sejak sebelum peradaban Masehi dimulai. Sama seperti di China, kebiasaan minum teh di Jepang awalnya adalah untuk tujuan medis, namun kemudian berkembang menjadi kegemaran dan bahkan lalu menjadi tradisi yang unik.

Pada abad 12, jenis teh yang baru, Matcha, diperkenalkan oleh Eisai, seorang biksu Jepang yang juga baru kembali dari China. Teh hijau dalam bentuk bubuk ini awalnya digunakan untuk ritual keagamaan di biara Budha Zen. Matcha berasal dari tanaman yang serupa dengan teh hitam, namun tidak difermentasi, melainkan digiling gingga berbentuk tepung.

Pada abad 16 tradisi minum teh telah menyebar ke seluruh golongan masyaraakat di Jepang. Figure yang paling dikenal dalam dunia chanoyu saat itu adalah Sen no Rikyu, yang mengajarkan konsep ichi-go-ichi-e, bahwa setiap pertemuan chanoyu harus dianggap berharga, karena hal itu tak dapat diulangi lagi. Prinsip yang dianutnya: harmoni, penghormatan, kemurnian, dan ketenangan tetap menjadi prinsip dasar chanoyu hingga saat ini.
Jika menuruti tradisi Jepang, chanoyu biasanya diadakan pada sebuah ruang tertentu yang disebut chasitsu artinya ‘ruang teh.Terdapat 2 jenis chasitsu, yaitu sebuah bangunan tersendiri yang terdiri dari beberapa ruang di Inggris juga memiliki tradisi minum teh, dikenal sebagai tea houses/rumah teh atau ruangan yang berada dalam suatu bangunan namun dikhususkan untuk upacara minum teh [dikenal di Inggris sebagai tea rooms/ruang teh.

Donderdag 04 April 2013

Hari Yang Indah
    Matahari masih tertidur ketika aku bangun. Hawa dingin menusuk tulang. Dan membekukuan darah. Aku berjalan menuju ke belakang rumah, untuk mengambil air wudhu. Setelah itu aku bersimpu menghadap-Nya. Kemudian, aku sarapan. Setelah itu berangkat ke sawah dengan membawa cangkul dan caping. Matahari mulai beranjak naik dan sinarnya menghangatkan dunia. Kupu-kupu mulai menari di atas bunga yang bermekaran. Hamparan sawah yang masih hijau menambah keindahannya. Hawa sejuk menemani langkahku.
    Aku telah sampai di sawah dan memulai pekerjaan. Aku mulai mencangkul dan menabur benih padi. Setelah selesai, aku beristirahat di saung kecil di tengah sawah. Setelah minum sedikit air putih yang kubawa dari rumah, aku makan nasi dan lauk sederhana. Setelah kenyang, aku kembali mengrjakan tugasku.
    Hari beranjak siang. Matahari sudah berada di atas kepala. Saatnya aku pulang ke rumah. Walau dalam keadaan mandi keringat dan lelah sekali, aku tetap semangat untuk sampai di rumah. Setelah sampai aku langsung mandi. Badan ini menjadi lebih segar. Kini aku siap untuk kembali menghadap Ya Rabbi.
    Hari mulai gelap. Orang-orang telah menghentikan aktivitasnya. Burung hantu mulai bernyanyi. Kunang-kunang menari di langit dengan cahayanya. Kini matahari sudah kembali, dan digantikan oleh sang dewi malam. Cahayanya menyinari bumi. Bintang-bintang bertaburan menghias angakasa. Tersenyum kepada Ibu Pertiwi. Anak-anak bermain di luar rumah. Meskipun hawa dingin menusuk tulang, mereka tetap bermain dengan riang gembira di bawah sinar sang rembulan.
    Aku beranjak ke tempat tidur. Dan berharap bisa tidur lebih cepat. Bermimpi indah dan dapat bangun keesokan paginya, dengan badan yang segar dan hati yang riang.